Home » Posts tagged 'BRIN'

Tag Archives: BRIN

Mobil Listrik Tanpa Sopir yang Terjangkau dari BRIN Diungkap di Pameran

Bagaimana kalau kendaraan yang bisa mengantar kamu ke mana saja, tanpa harus nyetir sendiri? Kedengarannya keren banget kan? Nah, mimpi itu udah jadi kenyataan lho berkat mobil listrik otonom buatan BRIN yang namanya Seater. Mobil jenis baru ini baru aja diperkenalkan di pameran InaRI Expo 2023, dan bikin banyak orang kagum. Seater ini didesain khusus buat satu penumpang, jadi bakal bikin perjalanan kamu jadi lebih nyaman dan efisien. Dengan teknologi canggih yang dimiliki Seater, kamu bisa duduk santai selama mobil ini nganterin kamu ke mana pun tujuan kamu. Penasaran sama mobil masa depan ini? Yuk simak artikel ini buat info selengkapnya!

BRIN Pertontonkan Mobil Listrik Tanpa Awak Di Pameran InaRI Expo 2023

Para pengunjung pameran InaRI Expo 2023 di Jakarta bisa melihat dan mencoba langsung mobil listrik tanpa pengemudi buatan BRIN. Mobil bernama Seater ini dikembangkan sejak tahun 2023 oleh para peneliti di BRIN. Seater merupakan singkatan dari Single-passenger Electric Autonomous Transporter.

Desain Futuristik

Seater memiliki desain yang futuristik dengan bodi aerodinamis dan ruang kabin yang luas untuk satu penumpang. Panel surya di atap mobil menyediakan daya tambahan untuk mengisi ulang baterai lithium yang ada di bawah lantai mobil. Dengan kecepatan hingga 70 km/jam, Seater cocok digunakan di lingkungan perkotaan.

Berkendara Otonom

Fitur utama Seater adalah kemampuannya berkendara secara otonom menggunakan sensor dan kamera yang tersebar di sekitar mobil. Sistem pengemudi otonom di dalam Seater mampu mendeteksi lingkungan sekitar dan menavigasi mobil menuju tujuan yang diinginkan penumpang.

Ramah Lingkungan

Seater sepenuhnya menggunakan tenaga listrik dari baterai lithium sehingga tidak menghasilkan emisi gas buang. Dengan demikian, Seater ramah lingkungan dan mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi polusi udara di perkotaan.

Seater merupakan karya anak bangsa yang patut dibanggakan. Semoga Seater segera diproduksi secara massal dan hadir di jalan-jalan kota kita!

Harga Mobil Listrik Tanpa Awak BRIN Hanya Rp20 Juta!

Harga terjangkau

Bayangkan, mobil listrik tanpa pengemudi dengan harga cuma Rp20 juta! Seater dikembangkan oleh BRIN dengan tujuan untuk menyediakan kendaraan ramah lingkungan yang terjangkau bagi masyarakat. Dengan harga segitu, siapa pun bisa memiliki mobil otonom ini.

Ramah lingkungan

Seater didesain sepenuhnya menggunakan baterai lithium-ion dan dapat menempuh jarak hingga 150 km per pengisian daya penuh. Ini berarti kamu bisa menghemat bahan bakar fosil dan uangmu, sambil tetap menikmati kemudahan berkendara.

Mudah dipakai

Seater sangat mudah digunakan, cukup masukkan tujuan perjalananmu dan Seater akan membawamu ke sana secara otomatis. Kamu bisa duduk santai sambil menikmati perjalanan, tanpa perlu khawatir tersesat atau macet. Sistem Seater akan selalu mencari rute tercepat dan menghindari kemacetan untuk mengantarmu ke tujuan dengan selamat.

Dengan Seater, impian memiliki mobil listrik yang ramah lingkungan dan hemat biaya bisa jadi kenyataan. Siapapun bisa menikmati kemudahan berkendara tanpa perlu menyetir lagi. Teknologi mobil otonom ini diharapkan dapat mewujudkan transportasi yang lebih efisien dan berkelanjutan di Indonesia.

Fitur Mobil Listrik BRIN: Ramah Lingkungan Dan Hemat Biaya

Seater diciptakan oleh BRIN untuk menjadi kendaraan yang ramah lingkungan dan terjangkau. Kendaraan listrik ini dapat menempuh jarak hingga 200 km dalam sekali pengisian daya dan dapat diisi ulang dalam waktu 6-8 jam. Dengan harga yang ditargetkan di bawah Rp 200 juta, Seater diharapkan dapat menjadi solusi mobil murah ramah lingkungan bagi masyarakat.

Daya dan Kecepatan

Dilengkapi dengan motor listrik berdaya 5 kW, destatoto Seater mampu mencapai kecepatan maksimum 70 km/jam. Walaupun kecepatannya tidak secepat mobil konvensional, tetapi cukup untuk berkendara di jalan raya perkotaan. Seater juga dilengkapi dengan baterai lithium-ion yang dapat diisi ulang sebanyak 2.000 kali tanpa mengalami penurunan kapasitas yang signifikan. Hal ini membuat biaya operasional Seater menjadi lebih murah dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil.

Otonom dan Cerdas

Seater memiliki fitur otonom tingkat 2 yang memungkinkannya berjalan tanpa pengemudi. Kendaraan ini dilengkapi dengan berbagai sensor seperti kamera, lidar, GPS, dan radar yang memungkinkannya mendeteksi lingkungan sekitar dan berjalan secara otomatis di jalan. Meskipun masih membutuhkan pengawasan pengemudi, teknologi ini diharapkan dapat mengurangi kecelakaan karena faktor manusia. Seater juga dilengkapi dengan sistem cerdas yang terkoneksi ke jaringan, sehingga dapat melakukan diagnosa mandiri dan update perangkat lunak secara berkala.

Dengan diluncurkannya Seater, diharapkan masyarakat dapat memiliki pilihan kendaraan listrik yang ramah lingkungan dan terjangkau. Seater juga diharapkan dapat membantu mengurangi kemacetan dan polusi udara di perkotaan. Teknologi canggih yang dimiliki Seater juga dap

Tantangan Pengembangan Mobil Listrik Otonom Di Indonesia

Teknologi masih terbatas

Pengembangan kendaraan listrik tanpa pengemudi di Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Teknologi otonom dan elektrik masih relatif baru, sehingga diperlukan investasi besar untuk penelitian dan pengembangan. Selain itu, kemampuan industri dalam negeri untuk memproduksi komponen kunci seperti baterai masih terbatas.

Infrastruktur kurang mendukung

Infrastruktur di Indonesia seperti jalan raya dan sinyal jalan yang kurang mendukung pengembangan kendaraan otonom. Kendaraan otonom memerlukan peta digital yang akurat dan sinyal GPS yang kuat untuk beroperasi dengan aman. Saat ini peta digital untuk sebagian besar jalan di Indonesia masih kurang akurat dan sinyal GPS tidak selalu stabil.

Harga masih tinggi

Meskipun BRIN telah berhasil mengembangkan Seater dengan harga terjangkau, harga kendaraan listrik otonom secara umum masih relatif tinggi. Hal ini dikarenakan harga baterai lithium-ion yang masih mahal dan komponen lain seperti sensor jarak jauh dan komputer masih memerlukan investasi besar. Harga tinggi ini menjadi hambatan bagi masyarakat untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan.

Persepsi masyarakat

Persepsi sebagian masyarakat Indonesia terhadap kendaraan listrik dan otonom masih negatif. Banyak yang ragu akan keamanan, keandalan dan keterjangkauan kendaraan jenis ini. Edukasi publik yang lebih intensif diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan manfaat kendaraan ramah lingkungan seperti Seater.

Pertanyaan Seputar Mobil Listrik Tanpa Awak BRIN

Seater dipamerkan di InaRI Expo 2023, tentunya banyak pertanyaan muncul di benak pengunjung. Berikut beberapa pertanyaan umum mengenai kendaraan otonom listrik ini:

Kapan Seater Akan Diproduksi Massal?

BRIN berencana untuk mulai memproduksi massal Seater pada tahun 2025. Saat ini Seater masih dalam tahap pengembangan dan pengujian. BRIN berharap dapat memperoleh izin komersialisasi dari pemerintah pada tahun 2024. Setelah mendapatkan persetujuan, BRIN akan bekerja sama dengan perusahaan otomotif dalam negeri untuk memulai produksi massal Seater.

Berapa Harga Seater?

Mengingat Seater dikembangkan dengan tujuan untuk menyediakan transportasi murah bagi masyarakat, diperkirakan harga jual Seater tidak akan melebihi Rp150 juta per unit. Harga ini jauh lebih murah dibandingkan kendaraan listrik yang saat ini beredar di pasaran. Dengan biaya operasional yang rendah dan tidak membutuhkan biaya untuk pengemudi, diharapkan Seater dapat menjadi solusi transportasi yang efisien dan ramah lingkungan.

Bagaimana Tingkat Keamanan Seater?

Keamanan penumpang merupakan prioritas utama dalam pengembangan Seater. Kendaraan ini dapat berkendara sendiri tanpa pengemudi. Seater juga dilengkapi dengan sistem pengereman darurat, pemantauan lingkungan sekitar 360 derajat, sensor ultrasonik dan radar untuk mendeteksi objek di sekitarnya. Sistem navigasi Seater juga mampu merencanakan rute terbaik dengan mempertimbangkan kondisi lalu lintas.

Conclusion

Jadi, begitulah mobil listrik otonom ciptaan BRIN bernama Seater yang diperkenalkan di InaRI Expo 2023 kemarin. Mobil listrik tanpa pengemudi ini menjanjikan transportasi yang lebih hemat biaya dan ramah lingkungan untuk perjalanan sehari-hari kamu. Yah, memang masih banyak yang harus disempurnakan, tapi inovasi seperti ini patut diapresiasi. Siapa tahu suatu saat nanti kamu bisa menikmati kenyamanan berkendara tanpa repot menyetir sendiri dengan harga terjangkau. Tunggu saja perkembangan selanjutnya dan siap-siaplah menyambut kendaraan masa depan ini!

Supersat milik BRIN: Mengalahkan Google di Permainannya Sendiri?

Bagaimana jika ada jasa peta online yang lebih detail dari Google Maps? Kedengarannya menarik bukan? Nah, impian itu mungkin segera menjadi kenyataan loh. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan satelit pemetaan canggih yang bakal membuat peta Google kalah telak. Rencana ambisius ini sudah diungkapkan oleh Kepala Pusat Penelitian Dirgantara dan Antariksa BRIN, Robertus Heru, beberapa waktu lalu. Penasaran seperti apa wujud supersatelit BRIN yang katanya bisa mengalahkan raksasa teknologi asal Amerika itu? Yuk, simak artikel ini untuk mengetahui selengkapnya!

Apa Rencana Satelit 1 Ton BRIN?

BRIN ingin mengembangkan satelit 1 ton untuk pemetaan yang jauh lebih detail daripada Google Maps.

Rencana ini diungkapkan oleh Kepala Organisasi Penelitian Penerbangan dan Antariksa BRIN, Robertus Heru, beberapa waktu lalu. BRIN berharap satelit 1 ton ini dapat menghasilkan peta yang sangat rinci, dengan resolusi hingga 25 cm per piksel. Ini akan membuat peta jauh lebih akurat daripada Google Maps saat ini yang hanya memiliki resolusi 1-3 meter per piksel di wilayah tertentu.

Dengan satelit 1 ton yang direncanakan, BRIN berharap dapat memetakan seluruh wilayah Indonesia dengan sangat detail dan akurat. Hal ini tentu saja akan sangat membantu pemerintah dalam perencanaan tata kota, manajemen bencana, dan berbagai keperluan lainnya yang memerlukan data geospasial yang akurat. Selain itu, peta rinci ini juga dapat dimanfaatkan masyarakat umum yang memerlukan informasi geografis yang lebih spesifik.

Meskipun rencana ini ambisius, keberhasilannya masih perlu dilihat. Pengembangan satelit semacam ini bukanlah hal yang mudah. Diperlukan teknologi satelit canggih, tenaga ahli, dan tentu saja dana yang tidak sedikit. Apakah BRIN mampu mengatasi semua tantangan tersebut dan benar-benar meluncurkan satelit 1 ton ini? Kita tunggu saja kejutan selanjutnya dari BRIN.

Bagaimana Satelit BRIN Bisa Lebih Detail Daripada Google Maps?

Satelit BRIN dirancang untuk mengumpulkan data peta yang jauh lebih detail dibandingkan Google Maps. ###Resolusi yang Lebih Tinggi

Satelit BRIN akan memiliki resolusi hingga 25 cm, jauh lebih tinggi dibandingkan 65 cm pada Citra Satelit Google Maps. Hal ini berarti satelit BRIN dapat mengungkapkan objek yang jauh lebih kecil dan detail. Kita bisa melihat bangunan, kendaraan, bahkan orang-orang dengan jelas.

Penginderaan Aktif

Satelit BRIN juga akan dilengkapi dengan sensor penginderaan aktif seperti radar dan lidar yang dapat menembus awan dan kegelapan. Hal ini berarti satelit dapat mengumpulkan data peta kapan saja, tidak tergantung pada kondisi cuaca atau waktu siang hari.

Pemrosesan Data Cerdas

Dengan kemampuan pemrosesan data cerdas, satelit BRIN dapat menganalisis data satelit dan menghasilkan peta 3D yang sangat detail, termasuk model digital permukaan dan bangunan. Kemampuan ini jauh melampaui peta 2D statis yang dihasilkan Google Maps.

Pembaruan Data yang Lebih Sering

Satelit BRIN direncanakan untuk memperbarui data peta setiap hari atau bahkan lebih sering, sehingga dapat menyediakan tampilan Bumi yang selalu mutakhir. Sebagai perbandingan, sebagian besar area di Google Maps hanya diperbarui setiap beberapa tahun sekali.

Jadi, jelas bahwa satelit dan kemampuan pemetaan BRIN dapat mengalahkan Google Maps dalam hal detail dan ketepatan. Apakah ini akan mengubah cara kita menggunakan peta di masa depan? Kita lihat saja.

Keuntungan Satelit Pemetaan BRIN

Resolusi yang Lebih Tinggi

Satelit pemetaan BRIN dijanjikan akan memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi daripada Google Maps. Hal ini berarti satelit akan dapat menghasilkan peta yang lebih rinci dan akurat. Dengan demikian, satelit BRIN akan dapat membedakan objek yang lebih kecil di permukaan bumi. Ini akan sangat berguna untuk keperluan survei dan pemetaan di Indonesia yang memiliki kontur tanah yang beragam.

Akses Data Lokal

Dengan satelit dan teknologi pemetaan sendiri, BRIN akan memiliki kontrol penuh atas data geospasial Indonesia. Data tidak perlu disimpan di server luar negeri dan dapat diakses kapan saja oleh pemerintah. Hal ini penting untuk keamanan dan kedaulatan data Indonesia. Selain itu, data lokal juga berarti BRIN dapat terus memperbarui peta secara berkala untuk memastikan akurasinya, tidak tergantung pada jadwal pembaruan Google Maps.

Biaya Operasi yang Lebih Murah

Dalam colok12 jangka panjang, mengoperasikan satelit sendiri kemungkinan akan lebih murah daripada berlangganan ke Google Maps. Meskipun pengembangan satelit memerlukan investasi besar, setelah beroperasi biaya bulanan satelit dapat ditekan. Sementara itu, langganan ke layanan pemetaan pihak ketiga seperti Google Maps biasanya memiliki biaya berlangganan tahunan yang besar, terutama untuk akses ke data dengan resolusi tinggi.

Dengan keunggulan ini, supersatelit BRIN berpotensi menjadi saingan yang sepadan bagi Google Maps di Indonesia. Satelit ini diharapkan dapat memperkuat kedaulatan digital Indonesia di masa depan.

Tantangan Yang Dihadapi BRIN

BRIN pasti akan menghadapi berbagai tantangan dalam pengembangan Supersat ini. Pertama, biaya pengembangan satelit sangatlah mahal. BRIN harus mengeluarkan investasi miliaran dolar AS untuk membangun, meluncurkan, dan mengoperasikan satelit. Dana sebesar ini mungkin sulit didapatkan, terutama mengingat anggaran BRIN yang terbatas.

Kurangnya Sumber Daya Manusia

Indonesia juga kekurangan sumber daya manusia yang berkualifikasi di bidang teknologi satelit. Hanya ada beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang menawarkan program studi terkait teknik satelit dan ruang angkasa. Hal ini berarti BRIN mungkin harus memperkerjakan para ahli asing untuk proyek ini, yang dapat menambah biaya dan memperlambat pengembangan.

Persaingan Global

Supersat BRIN juga akan bersaing dengan perusahaan satelit global seperti SpaceX, OneWeb, dan Telesat. Perusahaan-perusahaan ini memiliki sumber daya yang jauh lebih besar dan pengalaman bertahun-tahun dalam industri satelit. Meskipun Supersat dirancang untuk pasar domestik, pasar satelit komersial global sangat kompetitif. BRIN perlu memastikan bahwa layanan Supersat dapat bersaing dari segi harga dan kualitas.

Regulasi Pemerintah

BRIN juga harus mematuhi berbagai regulasi pemerintah terkait peluncuran dan pengoperasian satelit. Ini termasuk lisensi untuk menggunakan frekuensi radio dan slot orbit, serta izin peluncuran roket. Proses persetujuan dapat memakan waktu bertahun-tahun dan menghambat rencana peluncuran Supersat. BRIN perlu bekerja sama dengan berbagai kementerian untuk memperoleh persetujuan yang diperlukan.

Dengan tantangan seperti biaya tinggi, kurangnya SDM, persaingan global, dan regulasi pemerint

Pertanyaan Seputar Satelit 1 Ton BRIN: BRIN’s 1-Ton Satellite Produces More Detailed Maps Than Google Maps?

Satelit 1 ton milik BRIN ini direncanakan untuk menghasilkan peta yang jauh lebih detail daripada Google Maps. Bagaimana bisa?

Sensor yang Lebih Canggih

Satelit BRIN akan dilengkapi dengan sensor pencitraan resolusi tinggi yang mampu mengumpulkan data spasial dengan tingkat detail yang jauh lebih tinggi. Ini akan memungkinkan peta yang dihasilkan untuk menampilkan objek sekecil 1 meter persegi. Teknologi semacam ini belum pernah digunakan sebelumnya di satelit komersial.

Posisi Orbit Optimal

Satelit ini akan ditempatkan pada orbit yang optimal untuk pencitraan permukaan bumi. Orbit yang lebih rendah akan memungkinkan sensor untuk mengumpulkan data dengan resolusi spasial yang lebih tinggi. Hal ini berbeda dengan satelit komersial seperti milik Google yang beroperasi pada ketinggian orbit yang lebih tinggi.

Data Terbarukan Secara Berkala

Satelit BRIN direncanakan untuk mengorbit Bumi setiap 90 menit. Hal ini berarti data peta akan diperbarui setiap 1,5 jam, memberikan tampilan peta terkini yang sangat detail. Frekuensi pembaruan data ini jauh lebih sering daripada yang ditawarkan oleh layanan peta komersial.

Dengan keunggulan teknologi dan desain satelitnya, BRIN berharap produk akhir berupa peta digital yang dihasilkan akan memberikan tingkat detail, akurasi, dan pembaruan data yang belum pernah ada sebelumnya. Apakah ini cukup untuk mengalahkan raksasa seperti Google Maps? Kita tunggu saja peluncuran satelit raksasa 1 ton milik BRIN ini!

Conclusion

Jadi begitulah rencana BRIN untuk membuat satelit pemetaan yang lebih canggih dari Google Maps. Kita lihat saja nanti apakah mereka bisa mengalahkan raksasa teknologi seperti Google. Meski tantangannya berat, setidaknya kita patut memberi apresiasi pada upaya BRIN untuk memajukan teknologi di Indonesia. Siapa tahu pada akhirnya mereka bisa sukses membuat satelit peta yang lebih baik dari Google Maps. Itu saja yang bisa kita lakukan, mendukung upaya mereka dan berharap yang terbaik. Semoga rencana besar BRIN ini bisa terwujud.